Bulan Safar sering dianggap sebagai bulan yang dihindari atau dianggap sebagai bulan “kosong” dalam beberapa tradisi dan kepercayaan masyarakat Islam. Namun, sebenarnya tidak ada dasar yang sahih dalam Islam yang menyatakan bahwa Bulan Safar adalah bulan yang penuh dengan kesialan atau keburukan. Sejarah di balik persepsi ini sering kali bersumber dari kepercayaan dan tradisi folklor yang berkembang dalam masyarakat.
Beberapa alasan sejarah dan kepercayaan yang kadang menjadi dasar pemikiran ini adalah:
- Orang Arab Pra-Islam: Sebelum kedatangan Islam, orang Arab Jahiliyah mempercayai bahwa di bulan Safar terdapat banyak bencana dan peristiwa buruk. Kepercayaan ini kemudian masih bertahan setelah Islam masuk ke wilayah tersebut.
- Superstisi: Beberapa orang percaya bahwa Bulan Safar adalah bulan yang “kosong” atau membawa kesialan karena kejadian-kejadian buruk yang terjadi pada masa lalu pada bulan tersebut, meskipun secara agama tidak ada dasar untuk hal ini.
- Perkaitan dengan Budaya Lokal: Beberapa tradisi lokal atau kepercayaan gunung388 tertentu di masyarakat tertentu mungkin mengaitkan Bulan Safar dengan kesialan, dan keyakinan tersebut dapat diwariskan dari generasi ke generasi.
Meskipun Bulan Safar mungkin dianggap sebagai bulan yang “kosong” dalam beberapa tradisi folklor, penting untuk diingat bahwa keyakinan tersebut tidak didasarkan pada ajaran Islam yang sahih. Islam mengajarkan bahwa takdir dan keberuntungan tidak tergantung pada bulan tertentu, tetapi pada keimanan, tawakal kepada Allah, dan perbuatan baik yang dilakukan oleh individu. Sebaiknya hindari menyebarkan keyakinan atau kepercayaan yang tidak berdasar, dan tetap memfokuskan diri pada amal ibadah yang baik dan kebajikan sepanjang waktu, termasuk di Bulan Safar.